Produktifitas itu adalah kombinasi antara genetik dan lingkungan
dalam hal ini,
Genetik itu artinya adalah “sifat asli dan karakter bawaan” sapi. Saat ini kita sudah bisa mengetahui sifat dan karakter ini melalui uji DNA spesifik yang sangat presisi.
Lingkungan itu artinya adalah Manajemen dan Perlakuan karena kita bicara sapi perah yang “dipelihara” manusia. Jadi lingkungannya tergantung bagaimana manusia yang memeliharanya.
Selama berpuluh tahun kita banyak bicara manajemen. Kita banyak diskusi manajemen kandang, pakan, nutrisi, kesehatan, reproduksi, dan sebagainya. Selama berpuluh tahun kita juga bicara strategi breeding untuk mendapatkan keturunan sapi perah lokal Indonesia yang lebih baik menggunakan teknologi zuriat.
Menariknya, kami punya informasi data yang menggelitik. Kami menemukan bahwa sapi perah lokal Indonesia dengan pola pemeliharaan sama, memiliki potensi produksi antara 1800-2400 liter perLaktasi. Perbedaan variasi ini sangat bergantung pada kualitas genetiknya. Kami juga menemukan jika sapi yang sama dikelola dengan sistem komersil yang lebih presisi dan seragam, maka sapi ini akan memiliki potensi produksi antara 3200-4200 perLaktasi dan sekali lagi variasi ini sangat bergantung pada kualitas genetik.
Menariknya lagi, variasi genetik menjadi faktor penentu dasar karena ini sangat berkaitan dengan “pemilihan” sapi yang akan masuk ke kandang. Kami menemukan, bahwa perbedaan alel DNA memberikan perbedaan signifikan pada variasi produksi. Pada peternakan rakyat, bisa memberikan perbedaan antara 200-400 liter perLaktasi dan pada peternakan komersil bisa memberikan perbedaan antara 400-800 liter perLaktasi.
Artinya, jika peternak kerakyatan salah pilih sapi…Maka potensi kerugiannya adalah antara 1,4-3,2 juta/ekor/laktasi atau 7-14 juta/ekor/seumur hidup (asumsi harga susu 7.000, pemeliharaan 5 tahun, calving interval 12 bulan). Jika peternak komersil salah pilih sapi, maka potensi kerugiannya berkisar antara 2,8-5,6 juta/ekor/laktasi atau 14-28 juta/ekor/umur pelihara.
Dengan pertimbangan ini, sangat penting bagi anda peternak sapi perah untuk “TIDAK SALAH PILIH SAPI” dan memastikan memilih sapi dengan metode uji genetik yang presisi.
Berapa banyak sapi perah indonesia yang masuk kategori “tidak layak” dipelihara sebagai sapi perah itulah yang menghabiskan sumber daya tak bermanfaat. Pertinyiinyi, ada berapa puluh ribu yang begini..??? Ada berapa banyak kerugian kita semua gara-gara ini..? kalo dari 500 ribu sapi perah kita saat ini (menurut survey BPS tahun 2022) ada (seandainya) 10% masuk kategori ini, berarti kita punya potensi kerugian akibat kehilangan susu sebesar atau sekitar 70-160 M/tahun. Angka ini belum termasuk kerugian akibat sumber pakan yang “mubadzir“, tenaga kerja yang mubadzir”, obat-obatan yang “mubadzir” dan sebagainya.
ngeri juga, ya…